MELEWATI
BERBAGAI RINTANGAN UNTUK MENGGAPAI MIMPI, HARAPAN DAN CITA-CITA
Oleh : Fadhilah Nainggolan*
Setiap
manusia pasti memiliki banyak mimpi, harapan dan cita-cita dalam menjalani
kehidupannya. Setiap langkah dilakukan dengan sungguh-sungguh dan setiap
aktivitas dijadikan motivasi dalam menggapai impiannya. Menjadi yang lebih baik
lagi, serta menggenggam kesuksesan di masa depan adalah impian terbesar setiap
manusia.
Kehidupan yang sulit, hidup yang dihadapi penuh dengan lika-liku, menjadi orang
kalangan bawah, bukanlah menjadi penghalang bagi saya untuk menggapai banyak impian,harapan
dan cita-cita yang sejakkecil sudah saya impikan.
Saya seorang gadis remaja yang mempunyai impian begitu besar, impian yang tak
kalah hebatnya dengan orang sukses lainnya di luar sana. Kelak ketika saya
dewasa saya ingin menjadi orang yang berhasil, orang yang memiliki masa depan
yang cemerlang, dapat berguna bagi orang lain, serta menggapai salah satu
tujuan yang begitu mulia yang pastinya dimiliki setiap anak yaitu membahagiakan
orang tua di masa tua nya kelak.
Berasal dari keluarga yang sangat sederhana di sebuah perkampungan yang semua
masyarakatnya dari berbagai macam golongan dan berbagai kriteria sikap dan
kepribadian. Di kampung inilah saya, ibu, dan 2 saudara kandung saya menjalani
pahitnya kehidupan. Sejak kecil saya sudah diajarkan sulitnya mencari uang oleh
seorang ibu yang begitu luar biasa tanggung jawabnya. Di kampung saya ini
banyak dijumpai anak kecil yang seusia dengan saya yang mana mereka memiliki
banyak waktu untuk bermain setelah pulang sekolah. Namun, hal itu berbeda
dengasn saya. Sejak duduk di bangku SD saya mencari uang bersama dengan
ibu. kami bekerja sebagai pemulung (pengutip barang-barang bekas).
Memulung memang pekerjaan yang rendah dan terhina. Namun, saya tak merasa malu
karena mulung adalah pekerjaan yang halal. Mungkin karna usia saya yang masih
terlalu kecil sehingga saya belum mengerti apa arti kata malu. Saya
menjalani aktivitas ini dengan penuh semangat. Berjalan di pinggiran jalan
dengan terik panasnya sinar matahari, sinarnya yang begitu dahsyat dapat
membakar kulit halus seorang anak yang semangatnya berkobar-kobar seperti api.
Seorang anak kecil yang perasaannya masih labil dan tidak tetap. Terkadang saya
malu dan merasa sedih ketika banyak teman yang menggatakan saya sebagai
pemulung atau tukang botot. Tetapi ketika anak-anak yang orangtuanya
lengkap dan hidup dengan serba kecukupan mengatakan seperti itu, saya
hanya diam dan mengadu di pangkuan ibu saya. Bahkan ketika saya mulung saat itu
saya melihat ada banyak teman yang sedang asyik bermain secepatnya saya berlari
mencari tempat sembunyi agar mereka tidak melihat. Walau
memulung
bukan berarti saya meninggalkan tugas sebagai pelajar. Saya harus tetap belajar, mendapatkan
nilai rapot yang baik dan melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP) di
salah satu sekolah negeri yang telah menjadi salah satu sekolah favorit di
daerah kampung saya adalah mimpi dan harapan ketika saya masih SD.
Saya menamatkan SD pada tahun 2008, dan pada saat itu NEM yang saya terima
tidak memungkinkan saya untuk masuk ke SMP favorit itu. Hal ini mungkin karena
saya bukan termasuk salah satu siswi yang pintar, siswi yang tidak memiliki
prestasi yang bagus di masa sekolah SD dulu. Namun, karena besarnya harapan
saya untuk bersekolah di SMP itu, lagi-lagi ibu saya berusaha sebisa mungkin
agar anaknya bisa menjadi salah satu siswi di sekolah favorit. Akhirnya, dengan
usaha seorang ibu, saya dapat masuk ke sekolah itu dengan jalan membeli bangku
tambahan. Begitu besar pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu. Kasih sayang ibu sepanjang jalan
yang tiada putusnya. Menjalani hari-hari menjadi seorang siswi SMP. Saya tak
meninggalkan aktivitas sebagai pemulung. Namun, dengan bertambahnya usia rasa
malu saya mulai timbul dan saya mengerti apa arti kata malu. Dengan usia yang
mulai beranjak remaja saya sudah mengerti betapa besarnya peran dan tanggung
jawab ibu dalam keluarga kecil kami. Beliau seorang ibu sekaligus seorang Ayah,
beliau yang bekerja sendiri karna sejak saya SD Ayah dan ibu sudah bercerai.
Ayah meninggalkan kami tanpa memikirkan anak-anaknya yang masih membutuhkan
banyak biaya dan kasih sayang serta perhatian darinya. Di samping sebagai
pemulung, ibu saya juga bekerja sebagai buruh rumah tangga di rumah-rumah orang
berada. Terkadang di waktu libur saya membantu ibu menyelesaikan tugasnya agar
cepat selesai dan kami dapat melakukan aktivitas lainnya. Bagi saya waktu
adalah uang, setiap menitnya waktu yang terbuang sama saja kita membuang atau
menghamburkan uang begitu saja. Orang mana yang mau membuang uangnya begitu
saja. Dan waktu adalah pedang, jika kita lalai dalam waktu maka pedang itu
sendiri yang akan menebas kita. Jalanilah kehidupan ini dengan segala aktivitas
yang bermanfaat dan positif, jangan sia-siakan waktu mengalir begitu saja tanpa
menghasilkan manfaat bagi kita dan orang lain.
Salah satu SMA negeri yang menjadi
favorit semua orang di kalangan itu menjadi motivasi saya untuk lebih giat
belajar. Salah satu sekolah yang melahirkan siswa siswi berprestasi dan menghasilkan
generasi masa depan yang kelak bermanfaat bagi bangsa dan negara. Hanya dengan generasi muda yang
cerdas dan berprestasilah bangsa dan negara ini akan tetap kokoh, masa depan
bangsa dan Negara di tangan generasi emas Indonesia.
Menjadi seorang wanita bukan berarti kita lemah dan tak dapat membela diri
sendiri serta orang lain, maka saya bermimpi untuk mengikuti kegiatan karate.
Mimpi itu tercapai, saya mengikutinya di masa SMP hingga akhirnya pengangkatan
atau penaikan sabuk yang diadakan antar sekolah satu kabupaten dan saat itu
juga saya menyandang sabuk hijau. Karena dalam hidup ini saya tanamkan
prinsip jika kita ada kemauan pasti ada jalan. Niatkan semua yang kita
impikan dan berusaha lah pasti ada jalan untuk kita.
Di
masa SMA saya dan ibu meninggalkan kerjaan mulung dan kami membuka pekerjaan
baru yaitu berjualan . setiap hari saya membawa berbagai makanan untuk dijual
ke kawan-kawan sekolah sedangkan ibu berjualan sarapan pagi. Di masa SMA inilah
saya mulai merajut cita-cita saya. Menjadi seorang direktur BUMN dan di samping itu menjadi
seorang pengusaha. Jika dilihat dari keadaan keluarga saya memang tidak mungkin
seorang gadis pemulung dan seorang penjual makanan jadi seorang direktur dan
pengusaha. Namun saya menutup rapat-rapat tirai masa lalu itu, saya harus tetap
berusaha seperti pepatah mengatakan “ MAN JADDA WAJADA “ siapa yang
bersungguh-sungguh pasti mendapat.
Program studi ilmu sosial adalah pilihan yang saya ambil ketika saya SMA. Di
masa SMA ini pula saya mulai memupuk rasa cinta saya terhadap membaca. Banyak
sekali buku yang disediakan oleh perpustakaan sekolah yang dapat mendatangkan
ilmu. Karena buku adalah jendela ilmu dengan membaca kita mengetahui
perkembangan dunia. Semua kerja keras saya ini saya lakukan dengan
sungguh-sungguh demi mencapai impian saya yang selanjutnya yaitu melanjutkan
sekolah ke jenjang perguruan tinggi. Dalam keadaan ini saya ingin sekali
merasakan suasana kuliah, tapi saya berpikir apa saya bisa? Sedangkan keadaan
keluarga saya seperti ini. Jangankan untuk kuliah, untuk biaya SMA saja saya dan
ibu harus kerja keras dengan dibantu berbagai jenis bantuan dari sekolah. Namun
kata putus asa tidak ada pada diri saya , saya harus tetap bersungguh-sunguh dan
terus bersabar. Kaerna menurut buku yang pernah saya baca mengatakan “MAN
SHABARA ZHAFIRA” siapa yang sabar pasti akan beruntung. Saya bersabar menjalani hidup ini
karna saya yakin bahwa nantinya saya akan memetik buah keberuntungan.
Dengan kerja keras saya di SMA saya pernah mengikuti Olimpiade Geografi tingkat
kabupaten meskipun hasilnya tak menyandang juara.
Cerita dan berita mengenai perguruan tinggi sedang ramai
diperbincangkan
di sekolah. Sampai
akhirnya ada berita mengenai beasiswa BIDIKMISI. Senang mendengarnya karena dengan beasiswa ini mungkin saya
akan bisa melanjutkan kuliah. Dan akhirnya saya mencoba untuk mengambil
beasiswa itu.
Hari
terus berlalu sampai pada akhirnya dengan mengucapkan rasa syukur dan
terimakasi kepada Tuhan, pada waktu pengumuman dengan rasa tak percaya tapi
inilah nyatanya, ternyata saya diterima di USU dengan program studi EKONOMI
PEMBANGUNAN. Ibu dan 2 saudara saya sangat bangga, namun di sisi lain banyak
pula orang yang mengatakan ini dan itu , salah satu perkataan mereka
yang tak pernah saya lupakan yaitu “Apa bisa anak tukang jualan sarapan, cuma
ibunya yang bekerja cari uang mau kuliah ke USU di kota Medan?“ Namun saya
dan ibu tidak ada mengambil sedikit pun respon dari perkataan mereka. Begitulah
orang ketika kita senang ada orang yang sedih karna tidak
senang dengan kesenangan kita. Aristoteles pernah berkata “Ketika
kamu berhasil teman-temanmu akhirnya tahu siapa kamu, ketika kamu gagal kamu
akhirnya tahu siapa teman-temanmu”. Gerbang kesuksesan yang telah terbuka sedikit demi sedikit bisa saja
akan tertutup jika saya lalai dan menghiraukannya. Akan saya jalani hidup ini
dan terus membuka lebar gerbang itu agar saya masuk pada ruang kesuksesan itu,
biar orang berkata apa pun itu yang penting akan saya buktikan kepada mereka
bahwa saya bisa. Saya pergi untuk kembali, pergi kota Medan dan kembali dengan
membawa mimpi dan cita-cita yang sudah saya dapatkan. Mimpi yang
besar akan membuat saya bersungguh-sungguh, meskipun hidup yang dilewati banyak
keterbatasan. Ada cahaya terang yang menghiasi jalan kita menuju semua impian
itu. Mimpi dan harapan yang besar akan menjadi motivasi kita untuk tetap tegar,
tataplah masa depan mu yang cerah yang telah lama menunggu kedatangan mu.
masa depan yang cerah tidak akan pergi, jika kita memiliki tekad yang kuat
untuk datang menggapainya.
EmoticonEmoticon