KU KIBARKAN SANG MERAH PUTIH
“Kring…kring…kring….”
Bunyi alarmku yang berada tepat diatas meja dekat dengan kepalaku membuatku membuka kedua kelopak mataku dan sejenak memandang langit-langit atap indah yang ku hiasi dengan lampu hias. Aku Tarik nafas untuk mengumpulkan nyawa yang masih beberapa. Lalu aku lihat jam menunjukan tepat pukul 05.30 WIB.
Aku pun bangun dan berjalan keluar kamar. Aku lihat kalender tepat hari ini tanggal 25 juli 2022. Hari ini adalah hari dimana sekolahku menyelenggarakan seleksi untuk menjadi anggota paskibra tingkat provinsi yang selama ini sangat aku idam-idamkan dan sangat ku tunggu-tunggu. Dengan cepat aku langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, namun ketika aku baru saja selesai pakai seragam, tiba-tiba saja kakek memanggilku.
"Ara..ayo kesini sebentar," ya itulah namaku Ara. Lebih tepatnya Mutiara Sri Maharani. Mungkin dari namaku bisa dilihat bagaimana latar belakang keluargaku.
"Iya kek sebentar..ada apa kek?" Jawabku.
"Hari ini hari seleksi paskibra perwakilan sekolah tingkat provinsi,bukan?" tanya kakek.
"Iya kek, aku udah gak sabar banget untuk seleksinya nanti. Aku udah persiapin semuanya dan aku yakin aku pasti bisa" jawabku dengan penuh semangat 45.
“Bagus..itu baru cucu kakek. Kakek jadi teringat sama eyang kamu yang dulu terlibat jadi salah satu pejuang kemerdekaan kita. Meskipun namanya tidak terlalu dikenal tetapi perjuangan eyangmu juga sangat kuat untuk indonesia ini. Kakek ingat sekali dulu waktu kakek mau ke sekolah, eyang mu selalu berpesan untuk rajin sekolah dan menjadi orang yang cinta akan negeri. Maka dari itu, kakek mengambil sekolah TNI agar kakek bisa mengabdi untuk negara ini. Eh.. sekarang malah nurun ke cucu kakek yang punya jiwa nasionalisme, bangga kakek” sahut kakek.
"Hehehe iya dong, cucu siapa dulu" ucapku dengan rasa bangga.
"Yasudah kamu tunggu apalagi, ayo sana pergi, jangan lupa minta izin dulu ke ibumu ya," suruh kakek.
"Ehm.. aku takut kek.." ujarku sambil menggigit jari jempolku.
"Tidak apa-apa, coba bicara pada ibumu. Yaudah ayo kakek temeni bicara ke ibumu,” jawab kakek.
"Kakek memang kakek terbaik sedunia hehehe..ayo kek," jawabku sambil merangkul kakek yang sudah mulai sulit berjalan.
Belum saja tiba di depan pintu kamar ibu, jantungku sudah berdegup kencang seperti sedang ditembak crush. Tok..tok..tok.. aku dan kakek langsung masuk, namun posisiku berada di belakang kakek
" Fatimah, ini anakmu mau pergi ke sekolah tapi takut minta izin nih.."
"Loh kenapa takut nak, kan tiap hari juga kamu langsung samperin ibu untuk pamit"
"Iya itu hari biasa, tapi hari ini hari luar biasa bagi Ara" ucap kakekku dengan lembut.
"Loh memangnya hari ini hari apa?" tanya ibuku yang kebingungan sambil merapikan meja kerjanya. Ya, saat ini ibuku adalah tulang punggung keluarga yang kuat menggantikan posisi ayahku yang sudah lama meninggal.
"Ehmm... hari ini hari seleksi paskibra di sekolahku bu, dan ini perwakilan dari sekolahku untuk jadi paskibra tingkat provinsi bu" jawabku dengan penuh ketakutan.
"Astaga Ara…sudah berapa kali ibu katakan, kamu fokus sekolah kamu aja, paskibra itu juga tidak ada manfaatnya buat sekolah kamu. Mending kamu fokus belajar untuk masuk sekolah kedinasan nanti, kan kamu udah kelas 12. Tidak ada waktu lagi untuk berleha-leha," ucap ibuku dengan tegas.
Aku tahu benar apa alasan ibu yang sebenarnya, yang tidak mendukungku mengikuti paskibra, yaitu agar aku tidak menjadi anak yang terlalu nasionalis dan menjadi abdi Negara seperti mendiang ayahku. Ya, ayahku adalah jendral TNI angkatan laut yang sudah 7 tahun mengabdi untuk negara ini, namun perjuangannya pupus ketika sedang berlayar diserang oleh musuh negara asing. Kejadian saat itulah benar-benar membuat ibuku trauma dan takut aku seperti ayahku nanti.
"T-tapi bu.." sahutku.
"Fatimah, biarkan saja dia mengikuti paskibra, itu memang kesenangan dan keinginan yang tumbuh dalam dirinya sendiri. Bapak sudah lihat jiwa nasionalisme dari keluarga kita yang dahulu dan bahkan dari suamimu juga turun ke dalam diri Ara. Apa salahnya jika dia ingin mengabdi pada negara ini? Dari paskibra dia diajarkan untuk menjadi orang yang kuat, mandiri, percaya diri dan masih banyak lagi manfaatnya. Ara juga orangnya baik dan pintar. Dia bisa mengatur waktunya antara sekolah dan ekstrakulikuler-nya, kamu lihat kan dia selalu bisa bertahan juara 1 umum meskipun mengikuti kegiatan lain. Kali ini Ara juga pasti bisa. Tidak perlu mengingat kejadian di masa lampau. Tidak semua jalan hidup dan takdir manusia itu sama,” ujar kakekku yang membuatku semakin sayang kepada kakekku.
"Baiklah ibu izinkan, asalkan kamu benar-benar bisa mempertahankan sekolahmu dengan baik dan bisa jaga diri. Ibu tidak mau kamu hanya terfokus dengan paskibramu itu dan mengabaikan sekolahmu," ucap Ibu dengan tegas kepada Ara.
"Baik ibu, Ara janji akan buat ibu dan kakek bangga sama Ara," jawabku dengan semangat dan penuh rasa bahagia sambil memeluk ibuku.
Kemudian aku pergi ke sekolah dengan bahagia. Meskipun aku masih terasa ada yang mengganjal dikarenakan tanggung jawab yang ku emban untuk bisa membanggakan ibu dan kakekku, terutama ibuku untuk menunjukan bahwa paskibra itu hal yang membanggakan.
Setiba di sekolah, aku tatap bendera merah putih yang sudah berada diatas tiang bendera, berkibar dengan tegas seakan memberi semangat kepada diriku. Baru beberapa saat aku memandang sang merah putih, seseorang dari belakang langsung mengejutkanku.
"Hayo ara..lagi ngapain sih" kejutnya dari belakangku.
"Astaga, ih raka jahil banget sih.." ucapku dengan penuh kesal.
Dia Raka Raja Dirwantara, temanku bahkan sudah seperti saudaraku karena kami sudah berteman sejak kecil.
"Kamu kok lihat-lihat ke atas terus sih, nanti kena kotoran burung baru tau hahahaha" ejeknya dengan puas.
"Ih apaan sih, ini aku lagi liatin bendera tau. Lihat deh indah banget dia berkibar dengan tegas begitu" sambil menunjuk bendera itu.
" Iya deh, si paling nasionalisme..hadeh punya temen kok tua banget ya"
" Ih tua gimana, kamu aja yang terlalu lebay" ucapku dengan rasa tambah kesal
"Yasudah deh aku mau ke kelas dulu mau simpan tas,terus ke lapangan mau siap-siap, bye.." ujarku sambil meninggalkan raka
"Oh iyaAra tua mau seleksi paskib ya, oke semangat ya Ara.." teriaknya sambil melambaikan tangan.
Tanpa memperdulikan raka yang mengejekku tua dikarenakan memang pembicaraan dan pemikiranku yang tidak jauh-jauh tentang negara, politik dan sejarah membuat raka memanggilku seperti itu.
Tiba di lapangan aku melihat sudah banyak siswa lain yang sudah berada disana, langsung saja aku melakukan pemanasan untuk menguatkan otot tangan, kaki dan daya tahan. Setelah 30 menit, kak Yoga yang menjadi orang yang akan menyeleksi kami datang dengan pakaian trainingnya yang lengkap, ditambah lagi bentuk tubuhnya yang tegap serta badannya yang tinggi membuatku sedikit gugup, namun aku berusaha menguatkan diri agar aku tetap bisa percaya diri dan semangat.
“Ayo semuanya baris.." ucapnya dengan tegas.
Kami langsung saja berbaris menbentuk barisan yang sangat rapi. Melihat sainganku yang lain yang dominan adalah para pria tidak membuat semangatku lengah. Aku tetap percaya bahwa aku bisa.
Seleksi paskibra pun dimulai.
Setelah beberapa jam dan semua peserta termasuk aku sudah diseleksi, tibalah saatnya pengumuman. Sebelum pengumuman aku sudah berdoa kepada Tuhan agar aku bisa lulus, sebab ini adalah impianku sejak aku duduk di bangku SMP.
"Baik, setelah melakukan beberapa tahap seleksi, kini saatnya pengumuman. Buat adik-adik yang namanya dipanggil silahkan ambil barisan disebelah kanan. Ok langsung saja, nama-nama yang lulus adalah raikal, dimas, raden, jaka, bambang, riky, frans....”
Jujur saja aku mulai takut dikarenakan sejauh ini namaku belum dipanggil dan dari tadi yang dipanggil adalah laki-laki.
"Mutiara.."
Bumm..seperti ada sesuatu yang menabrak jantungku, rasanya campur aduk tidak bisa berkata-kata aku langsung berlari ke barisan sebelah kanan dengan senang. Tentu saja aku bahagia karena ini adalah hal yang ku idam-idamkan..kapan lagi bisa menjadi perwakilan sekolah untuk menjadi paskibra tingkat provinsi.
Setelah pengumuman selesai, tiba-tiba kak yoga menghampiriku. Aku awalnya takut dan bingung mengapa kak yoga menghampiriku.
"Mutiara Sri Maharani, bukan?" tanyanya.
" Iya kak, aku mutiara. Ada apa ya kak?” sahutku.
"Begini, mengingat posisi pembawa baki untuk upacara nanti masih kosong dan saya melihat kemampuan kamu tadi yang sangat baik dan sepertinya sudah sangat berpengalaman serta semangat kamu saat mendengar pengunguman tadi membuat saya berpikir untuk membuat kamu menjadi pembawa baki saat upacara nanti. Bagaimana apakah kamu mau?" tanyanya.
Tarrr...hatiku rasanya meledak dikarenakan senangnya. Mataku melotot seperti melihat hantu, saat itu aku benar-benar tidak bisa bicara, rasanya mulutku seperti terkena lem yang sangat amat kuat menutup rapat mulutku
"Bagaimana mutiara?" tanya kak yoga yang memutuskan perasaanku yang terkejut.
“Ah..i-iya kak.. saya mau, mau banget bahkan hehehe" jawabku dengan semangat nan lucu.
“Oke baguslah, besok jangan lupa datang latihan ya..”
"Baik kak, Terimakasih banyak ya kak" jawabku sambil tersenyum lebar
Setelah kejadian itu, aku langsung bergegas pulang dan setibanya di rumah aku langsung mencari kakek dan langsung memeluknya.
"Kakek..aku lolos kek, aku juga dapat posisi jadi pembawa baki kek.." jawabku dengan kegirangan.
"Wah selamat cucu kakek, kakek juga udah yakin kalau kamu pasti lolos" puji kakek.
“Iya kek, aku juga seneng banget, aku ga nyangka banget bisa dapat posisi pembawa baki, padahal aku cuma berharap lolos jadi paskibra aja, eh ternyata Tuhan ngasih yang lebih kek.."
“Iya Ara, kakek juga udah tau kamu pasti bisa lebih dari yang kamu pikirkan, ingat tetap rendah hati ya cu, ini juga berkat doa ibumu juga, bahkan ayahmu juga bangga akan hal ini padamu ara" nasehat kakek padaku.
“Iya kek, aku percaya ini semua juga berkat doa kakek dan ibu, aku ga sabar banget buat ibu nanti bangga liat aku, oh iya ibu mana kek?”
Baru saja aku mencari ibu, langsung ibu datang dari dapur.
“Aduh..aduh..ada apa ini, kok sepertinya lagi bahagia banget" tanya Ibu.
“Ibu.." langsung aku memeluk ibuku dengan erat.
“Aku lulus paskibra bu..aku juga dapat posisi pembawa baki bu.." Ucapku dengan gembira tak karuan
“Wah selamat nak, tapi tetap ingat, sekolah nomor 1 ya" puji Ibu.
“Siap bu"
Meskipun ibu langsung membicarakan sekolah yang sepertinya ibu tidak terlalu senang dengan kabar ini membuatku sedikit kecewa, namun aku bertekad aku akan menunjukkan yang terbaik kepada ibu. Aku mau membuktikan bahwa aku bisa banggain ibu dengan menjadi bagian paskibra.
Hari-hari pun berlalu, aku melakukan aktivitasku dengan semangat terutama mengikuti latihan paskibra setiap minggunya. Tak lupa juga aku belajar untuk persiapan masuk sekolah kedinasan yang ibu juga aku idamkan.
"Kring....kring...kring..."
Suara alarm yang kuat yang ku letakkan disamping telingaku. Kali ini aku tanpa berdiam diri,langsung aku bangun dan melihat jam menunjukan pukul 04.00 wib. Jangan heran mengapa aku mengatur alarm jam 4 pagi, tentu saja karena aku sudah sangat bersemangat untuk menjalani hari ini. Tepat 17 Agustus 2022 hari yang sudah aku nantikan, hari kemerdekaan indonesia ke 77 yang akan menjadi hari bersejarah bagiku karena bisa tampil menjadi paskibra posisi pembawa baki yang akan disaksikan Bapak Gubernur dan para pejabat tinggi lainnya. Langsung saja aku bergegas dan menyiapkan diri sebaik mungkin untuk upacara bendera nanti. Tak lupa juga kakek menyemangatiku untuk tetap percaya diri dan semnagat saat upacara nanti. Ibu yang juga ikut membantu meriasku agar tampil cantik saat upacara nanti.
Pukul 07.00 WIB, aku sudah tiba di lapangan upacara dan bersiap-siap untuk upacara yang sebentar lagi akan dimulai. Ku lihat bapak gubernur serta pejabat lain juga sudah tiba di tempat upacara. Dari kejauhan mataku sibuk mencari-cari ibuku dan kakek ku yang berada di seberang lapangan, ku lihat mereka berdiri disana dengan senyum lebar meski diterpa sinar matahari.
Ketika upacara dimulai pukul 07.30, aku memfokuskan diri untuk terarah pada proses upacara saat itu. Tak ku pikirkan dan tak ku hiraukan hal lain, saat itu mataku hanya tertuju pada tiang bendera yang sangat gagah itu.
Kini tiba saatnya pengibaran bendera merah putih. Aku yang sudah sangat bersemangat dengan percaya diri melangkahkan kaki dan berjalan dengan aba-aba yang ada. Saat aku berjalan membawa baki kosong menuju pak gubernur yang dimana sebagai pembina upacara pada saat itu sudah memegang sang merah putih yang masih terlipat sangat rapi yang membuatku benar-benar merasa bangga dan senang bisa berdiri tepat dihadapan Bapak Gubernur. Sungguh perasaan saat itu benar-benar hal yang membanggakan. Setelah itu, aku berjalan membawa bendera ke depan tiang bendera.
Aku dan kedua temanku lainnya mengikat bendera merah putih dengan tali dengan baik dan teliti. Setelah itu, mulailah sedikit demi sedikit Sang Merah Putih naik pada tiang bendera, dengan rasa hormat ku pandang bendera itu. Aku ingat bagaimana perjuanganku untuk sampai di titik ini. Terlintas juga dibenakku bagaimana para pahlawan yang berjuang untuk mengibarkan bendera merah putih di ujung tiang tertinggi. Teringat juga bagaimana dulu ayahku yang berjuang untuk melindungi negara ini, bahkan rela mengorbankan hidupnya membuatku percaya bahwa ayahku diatas sana juga melihat hal ini dan pasti bangga kepadaku. Tanpa ku sadari tetesan air mata mulai jatuh yang membuatku merasa terharu dan bangga bisa mengibarkan bendera dihadapan banyak para pejabat dan petinggi negara ini. Sungguh kejadian saat itu tak akan ku lupakan dalam hidupku. Ku lihat ibuku yang juga terlihat sangat bangga padaku sambil mengusap mata yang menandakan ibuku juga ikut menangis. Aku senang ternyata aku bisa membanggakan ibuku. Aku senang karena aku berhasil menunjukkan bahwa pasukan paskibra adalah hal yang membanggakan.
Jayalah Indonesiaku.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-77 tahun.
Penulis : Letareana Agusti Nababan – Biologi 2021