Mandala apa yang amat ku
impikan
Suatu mandala yang tak
hanya bidang
Meninggalkan sisa hiruk
pikuk dunia di belakang
Panjang umur manusia
manusia penjaga
Jangan hentikan dulu, ku
ingin bersama mereka
Ketika pagi ku begitu
menyambut
Kokokan si jago menjadi
alarm berkoar
Mata ku memandang bunga
yang baru mekar
Hidung ku mencium aroma embun
yang begitu segar
Dercikan mata air
berbisik renjana di telinga ku
Sisi hijau bawah dan biru
atas begitu jelas terpaku
Tatapan sejuk dengan
lesung pipi orang-orang mu
Ketika siang ku begitu
menarik
Baskara nampak
bersembunyi nan aksara memudar
Udara menjadi lebih sejuk
hingga berderai rinai
Suara itu memukul atap
dan tercium bau air segar dari langit
Hingga lengkung busur pancarona menyapa setiap lensa
Muara spektrum cahaya takkan
dipandang sebelah mata
Memanggil baskara keluar
dari persembunyiannya
Ketika malam begitu
memikat
Biarlah bayu membawa
lelah sampai kesana
Ditemani satu candra berbinar
tak kuasa
Dihiasi ribuan gemintang
dari atas jenggala
Nihil huru hara kecuali
nyanyian serangga
Kunang-kunang mu masih
bersama menyala
Atmosfer ini memandu
heningnya bentala
Penjaga, mengapa kau
hentikan aku!
Yang indah disini tak
seindah dahulu
Asap gelap pekat kerap
membuat sesak
Tangisan semesta jatuh
dan merebak
Amarah mentari meneriaki
nan bergejolak
Tanah risih bergerak tak
ingin lagi di pijak
Bayu bersemangat menari
di dalam porosnya
Gundukan bumi yang tak
didaki bernafas panas
Tuk dihuni yang nyata
ternyata lengkara
Gamang bukan kepalang atma ku nestapa
Andai alam mimpi ku
begitu nyata
Penulis :
Suci Rahmatia Silaban – Administrasi Publik 2020 – Pemenang Lomba Puisi MGC.
Editor
:
Zahra Zaina Rusty – Ilmu Komunikasi 2022 – Divisi Komunikasi dan Informasi.