Puisi : Cerita Dari Dasar Samudera Oleh Rahmad Ilahi

 CERITA DARI DASAR SAMUDERA

Aku memang besar dan luas untuk kau gapai

Aku memang jauh dan sangat jauh untuk kau sentuh

Aku terlalu dasar untuk kau genggam

Dan aku terlalu berbahaya untuk kau temui

 

Namun lantunan karang dikala saat itu mengantar kan kau melihatku

Mengunjungiku dasar dalih sebuah tugas dan kewajiban

Memaksaku untuk Menggenggammu lebih dekap dan erat

Dengan dasar kau terlalu gagah dan tangguh untuk menjelajahiku

 

Takku sangka dekapan itu menjadi sebuah cerita duka untuk negerimu

Takku duga dekapan itu membuat sejuta raungan deras dan keras diatas daratan sana

Takku kira tengan-tangan kecil dan mungil siap menanti kau kembali untuk mendekapnya

Namun kau kini masih bersamaku, siap mejagaku demi pengabdianmu

 

Terimakasih wahai sang penakluk dasar samudera

Terimasih wahai pendekar gagah nan perkasa

Terimakasih atas keberanianmu

Sekarang tugasmu telah terlaksanakan

Sekarang pertualanganmu  sudah selesai

Beristirahatlah dengan tenang

 

Penulis : Rahmad Ilahi - Sastra Melayu 2019

Puisi : Aurora Oleh Elsha Hanna Yosefa

 AURORA

Puncak mandala terlihat tempat sempurna tuk menangis

Aku akan kesana walau tanpa mu

 

Aku ingin lihat cahaya Aurora dan keagungan nya

Menyinari mata dengan kilauan hijau nya

Menyejukkan semua keraguan diri...

 

Aku ingin melihat bunga mawar tumbuh tepat di atas kaki ku

Sudah bertahun tahun aku disini terikat dengan bisa ular

Hingga Akhirnya Merasakan kebebasan

 

Ada Mawar merah tumbuh dari tanah beku

Tapi tak seorang pun mengunggahnya

Terdampar begitu saja di antara dahan yang membeku

 

Selagi aku menunggu di danau dekat tebing

Dengan Cinta Malapetaka dan kesedihan yang tak teratasi.

 

 

Penulis : Elsha Hanna Yosefa - Hukum 2019

Puisi : Negeriku Oleh Fitri Rosalina

 NEGERIKU

Negeriku sedang Galau

Pandemi terus meranjau

Banjir Kerap Menghalau

Ekonomi semakin kacau

Pekerja sulit merantau

Si miskin mulai sengau

Si kaya mulai silau

 

Lihatlah

Laut, darat, udara menelan nyawa

Mungkinkah semesta murka ?

Atas dosa dosa anak manusia

 

Kita terlalu lalai

Merasa paling pandai

Belagak santai

Padahal maut bisa saja mengintai

 

Penulis : Fitri Rosalina - Sastra Indonesia 2019

Puisi : Pelayaran Abadi Oleh Muhammad Irfan

PELAYARAN ABADI

Ketika seorang pelaut berpamitan dengan keluarga

Berbisik dia pada istri nya

Tanda Perpisahan yang biasa dilakukan ketika menjelang Pelayaran

Namun tak disangka, Pamitan itu menjadi salam Perpisahan

 

Sungguh besar jasa menjaga lautan negeri ini

Dan harus berpisah kepada sang pujaan hati

Kau yang mengatakan “Aku pasti akan kembali”

Tak disangka Kembali mu ternyata kepada sang Pencipta Alam Ini

 

Kau terlalu cinta pada negara ini

Sampai kau terlalu dalam menyelam dalam pengabdian kepada negeri ini

Mereka mengira kau telah menghilang

Namun mereka tidak paham, sesungguh nya kalian sudah menjalankan pengabdian

 

Remukan dalam lautan ganas

Menghancurkan kapal layar mu dengan terhempas

Kini mereka mencari mu di kedalaman wilayah tugas mu

Tetapi kesedihan terus bertebar di raut wajah pada keluargamu

 

Kabar mu telah Menghilang

Tetapi Jasa mu akan terus terkenang

Siapa sangka Rumah kedua mu menjadi Peristirahatan Terakhirmu

Meninggalkan sejuta kenangan yang teramat pilu

 

Mungkin Kapal Pelayaran mu tertidur di dalam lautan

Tetapi Jasa mu akan selalu terngiang di dalam ingatan

Jika berdemaga yang biasa nya tempat kau berlabuh

Semoga Surga disana menjadi dermaga pelabuhan terbaik untuk mu

 

 

Penulis : Muhammad Irfan - Ilmu Administrasi Publik 2019

Puisi : Duka Oleh Dosma Hasugian

DUKA

 

Bahagia

Iya,sungguh bahagia, saat engkau menjadikan aku pendamping hidupmu

Bagaikan bunga mawar yang mekar di pagi hari

Kulukiskan senyum yang begitu Indah di bibirku

Kau telah hadir memberiku cinta.

 

Gelisah

Aku mulai gelisah saat mendengarnya.

Bagaimana mungkin Cahaya itu telah tiada

Wahai  angin yang membawa berita,

Apakah aku harus percaya?

Haruskah senyumku menjadi air mata?

 

Angin semakin kuat menerpa

Bisikan itu semakin terdengar nyata

Mulutku kini terkunci  tak dapat  lagi bicara

Air mataku berderai dengan derasnya

 

Ku harap ini hanya mimpi

Dan jika ini  mimpi, siapapun yang mendengar aku tolong bangunkanlah aku.

Ku mohon

Bangunkan aku.

Aku tak mau di dalam mimpi ini,

Engkau tau kan bahwa aku disini menunggu mu kembali?

Lalu mengapa kau tinggalkan aku sendiri?

Bagaimana jika nanti aku rindu?

Sanggupkah aku merelakanmu?

Aku tertawa dengan air mataku yang terus berlinang membasahi pipiku

Baru kemarin aku tersenyum dengan indah untukmu

Dan kau hadir memberiku cinta

Tapi,

Mengapa sekarang kau kembali kepadaku dengan nama saja?

Dan meninggalkan aku dengan air mata?

Mungkin mengikhlaskan mu memang adalah jalan satu-satunya

Bahagialah disana

 

 

Penulis : Dosma Hasugian - Ilmu Hukum 2020