Unit Kegiatan Mahasiswa GAMADIKSI USU
Showing posts with label Cerita Pendek. Show all posts
Showing posts with label Cerita Pendek. Show all posts

CERPEN : PESONA KAMPUNGKU Oleh : Kahtimatul Husna Tanjung

 


Pagi itu perasaan nya seperti isi botol minuman soda yang di kocok 15 kali, bercampur baur tiap gas yang mendesak untuk meletus dan tumpah ruah, seperti sebuah gunung merapi yang akan mengeluarkan larvanya itulah yang di rasakan nya ketika hendak menginjakkan kaki kembali di tanah kelahiran nya. Di dalam bus ia sengaja membuka jendela dan membiarkan angin masuk mengitari seluruh sudut ruangan bus, dia mendongakkan sedikit kepala keluar sambil mendengar apa yang ingin di bisikkan kampung kepadanya desiran angin yang halus, suara kicauan burung yang merdu membuat gadis remaja ini ingat akan masa kecilnya, sambil menutup mata dan menghirup udara segar tercium aroma batang padi yang baru di sabit, terlihat ibu-ibu berjalan di tepi jalan sambil membawa ember besar di kepala nya berisi kain kotor yang hendak di cuci di bibir sungai, terlihat juga anak-anak sekolah yang berjejer di pinggir jalan hendak berangkat ke sekolah semakin mengingatkan dirinya akan masa lalunya.

Liburan kali ini sudah di rancangannya dengan matang "jadwal libur kali ini harus bisa pulang kampung" Ujar seorang gadis remaja dalam hatinya, agar bisa berjumpa dengan keluarga nya seraya beristirahat sementara dari kesibukannya menjadi seorang mahasiswa di negri metropolitan itu. Saat tiba di rumah, gadis itu mengucapkan "Assalamu’alaikum" Sambil mengangkat tangannya untuk memegang gagang pintu, Baru saja ia hendak memegang gagang pintu itu, kain jendela terkuak sedikit terdengar suara langkah mendekati pintu seraya menjawab salam "wa'alaikumussalam" Seeeekk pintu pun terbuka Terlihat pemuda yang dulunya kecil imut dan sangat manja sekarang sudah dewasa dan memiliki badan bak abang-abang yang sudah dewasa "Hah kakak, buuu kakak sudah pulang buu" Ujarnya dengan nada senang sambil membawakan barang bawaan gadis itu. dia adalah adik nya si gadis remaja itu Fahri namanya,  sekarang sudah duduk di bangku SMA.

Setelah melangkah kan kaki ke dalam rumah, ada seorang wanita cantik memakai daster coklat bercorak bunga bunga kecil, dengan senyuman manisnya berlari ke arah gadis itu seraya memeluk nya "yaa Allah putri kecilku sudah pulang ternyata" Ujarnya, ternyata ia adalah ibu dari si gadis itu, gadis itu pun memeluk erat bidadari syurga nya itu "Uti rinduuu kali sama ibu" Ujarnya, ibu nya menyambung perkataan gadis kecilnya itu sambil merangkul bahu nya "Uti pasti capek kan? Udaah istirahat sejenak dulu di kamar sambil menunggu masakan ibu selesai yaah" Ujar ibu kembali "siap bidadari ku" Jawab gadis remaja itu.

        Kemudian ia masuk ke kamar yang dulunya adalah tempat favorit nya, sambil membuka jendela terpapar jelas pemandangan alam dari jendela kamarnya, hempasan suara ombak yang pecah di bibir   pantai membuat angin sepoi-sepoi menari-nari di atasnya, di siang hari terlihat awan putih indah terukir di atas langit biru, di kala sore langit nya memerah Oranye di siram sinar terakhir matahari sebelum karam ke barat.

Sambil memandang pemandangan indah itu tercium aroma khas dari masakan ibu nya yang membuat ia terseret untuk pergi ke dapur "Bruupupbruupp" terdengar suara perut dari gadis remaja itu "Perut utii keroncongan ni bu, ibu masak apa hari ini" Ujarnya sambil tertawa dan memegang perutnya yang kosong itu. Uti adalah panggilannya di rumah yang artinya kakak. "Ibu lagi masak daun ubi tumbuk sama ikan tongkol goreng balado kesukaan kalian" Ujar ibu kembali, waktu bagaikan berhenti sejenak ketika melihat ibu yang tak muda lagi tersenyum manis bahagia sambil menata masakannya di meja makan, "Waah Alhamdulillah akhirnya bisa makan ubi tumbuk sama tongkol balado masakan ibu lagii" Ujar uti sambil menggeser kursi untuk di duduki di meja makan "Oh iyaa papa mana buu" Tanya uti "Papa lagi lari pagi di pinggir pantai, tunggu aja yaa, bentar lagi papa pulang kok itu" Tak lama setelahnya, terdengar suara yang sangat di kenal nya dari luar "Assalamu'alaikum papa pulaang" Terdengar suara dari luar, spontan uti pun lari ke depan pintu mendengar suara cinta pertama nya pulang "Siapa yaa" Ujar uti dengan suara nada bapak-bapak tua dengan maksud ingin bercanda dengan papa nya, mendengar itu papa nya langsung terkejut dan tersenyum dia tau kalo yang biasanya bercanda menggunakan nada suara bapak-bapak tua adalah putri kecilnya "Ini saya mau ngantar paket mba" canda papa kembali dengan nada bapak-bapak tua seperti yang di lantunkan uti tadi. Sambil tertawa uti membuka pintu dan berlari memeluk cinta pertamanya itu "Papaaa uti rindu kalii sama papa" "Papa juga nak" Ujar papa sambil mengelus ngelus kepala putrinya itu.

Mereka berdua bergandengan tangan menuju meja makan berisikan makanan kesukaan nya yang sudah di masak ibu, ternyata adiknya Fahri dan ibu pun sudah berada di meja makan menanti uti dan papa nya untuk makan bersama, Suasana hangat terasa sekali di bundaran meja makan itu suasana nya sangat berbeda dengan suasana kos uti yang biasanya sunyi dan makanannya pun semua nya serba instan sangat berbeda dengan rumah nya yang kalau setiap pagi di seduhkan teh hangat dan masakan khas ibu yang di siapkan setiap pagi.

"Nanti setelah makan kita siap-siap ke sawah yaa insyaa allah hari ini kita sudah bisa panen" Ujar ibu di meja makan.  "yeey akhirnya bisa ikut panen juga, uti udah rindu kali panen padi di kampung Buu" Saut uti kembali dengan nada gembiranya, Sesampainya disawah terlihat bulir-bulir padi yang sudah menguning, rona kuning nya memikat senyum berharap panen kali ini berlimpah. Uti dan fahri di tugaskan ibu untuk menyabit padi sementara ibu dan papa menyiapkan tikar padi lebar yang nantinya untuk tempat padi yang sudah di sabit.

Waktu demi waktu mereka lalui bersama, walau keringat deras bercucuran jatuh membasahi sekujur badan tidak ada kata malas dalam mengolah sawah demi mencapai keberkahan hidup, saat memanen padi terik matahari menyengat bagai membakar penyabit padi pada saat itu tapi semua itu bisa di tahan oleh setiap petani demi siapkan pangan untuk kelancaran hidup, namun semua rasa letih itu seolah tak sebanding dengan rasa bahagia uti yang bisa panen bersama keluarga lagi yang sudah lama ia nanti-nanti kan "Alhamdulillah panennya siap juga" Ujar papa sambil tersenyum manis sambil memandang anak anaknya yang gigih menyabit padi.

Sore itu hari pun hendak bertukar, sinar mentari nya perlahan lahan lenyap tenaga surya nya siap siap terbenam, uti dan keluarga pun siap siap untuk pulang ke rumah seraya membawa padi yang di panen tadi menggunakan becak milik mereka. Sesampainya di rumah mereka pun bergegas mandi di kamar mandi masing-masing yang berada di kamar mereka masing-masing Adzan berkumandang waktu maghrib pun tiba mereka sholat berjamaah di rumah yang di imami oleh papa, seperti biasa setelah sholat selesai uti dan adiknya tidak boleh pergi kemana-mana dulu sebelum latihan tilawah qur'an bersama papa. Setelah uti dan adiknya latihan tilawah bersama papa barulah mereka makan malam bersama di meja bundar yang penuh kehangatan itu "Besok pagi kita ikut lari pagi di tepi pantai sama papa yok kak" Ajak fahri kepada uti "siaapp brooo" Sahut Uti, ibu dan papa nya pun tertawa mendengar jawaban uti tadi.

Pagi itu sudah menunjukkan pukul 05:30 uti dan keluarga pun bergegas bangun dari tempat tidur dan melaksanakan sholat shubuh berjamaah, setelah usai melaksanakan sholat shubuh alangkah senang nya hati uti ketika membuka jendela terlihat sang pelita alam mulai terbit pertanda alam mulai bernafas kembali sinarnya menusuk tajam masuk dari sela-sela jendela dan pintu rumah uti, "ayook siapa semalam yang mau lari pagi sama papaa" Ujar papa di pintu depan yang sudah siap-siap untuk lari pagi di bibir pantai "Saya saya sayaa" Ujar uti dan adik nya sambil berlari ke depan pintu "Cepat pulang yaaa" Teriak ibu dari arah dapur "siiiaap booss" Ujar uti dan adiknya bersamaan. Di tepi pantai langkah demi langkah di susuri mereka bersama, menghirup udara segar sambil memandang mandang pesona si pelita alam yang mulai menampakkan dirinya, sesekali uti dan adiknya berlari di bibir pantai supaya kaki mereka bisa dibasahi oleh air laut nan dingin lagi indah itu.

Setelah selesai lari pagi bersama adik dan papa nya ibu mengajaknya ke sungai yang tak jauh dari rumah untuk mencuci pakaian kotor mereka yang sudah menumpuk "Deeek adek ikut ke sungai juga?" Tanya ibu ke Fahri "enggak buu adek mau menggosok baju sekolah dulu besok kan Senin buu”. Semenjak uti kakak nya pergi merantau fahri sekarang sudah terbiasa menggosok baju sekolah nya sendiri "Yaudah ibu pergi sama kakak aja yaa" Balas ibu "okeyy boss" Saut fahri kembali. Di sepanjang perjalanan uti menceritakan seluruh kegiatan nya di negri metropolitan itu baik itu di kampus maupun di kos, seluruh kejadian-kejadian yang uti alami pun di curahkannya saat bercerita dengan ibu sambil berjalan menuju sungai, ibu pun tertawa sepanjang perjalanan mendengar cerita putrinya itu.

Sesampainya di sungai terlihat gemercikan air mengalir berkelok kelok di sungai terhalang kerikil- kerikil kecil di tepi sungai, percikan air itu pun membasahi seluruh tubuh ibu-ibu yang mencuci kain di pinggir sungai, karena hari sudah mulai siang uti dan ibunya pun bergegas bekerja sama menyelesaikan cucian kain mereka yang menumpuk tadi. Setelah selesai mencuci kain uti si gadis pecinta alam memandang sejenak sungai indah itu imajinasi nya menerawang tajam ketika melihat sungai-sungai yang tak lurus membuat nya tersadarkan perihal sebuah perjalanan hidup yang berliku liku panjang.

Hari demi hari telah di lalui Uti bersama keluarga nya dengan bersuka ria, uti sangat senang pulang kampung kali ini bisa berkumpul dan bercengkrama kembali bersama keluarga tercinta nya, hari ini sudah menunjukkan hari terakhir nya di kampung di karena kan besok ia harus masuk kuliah kembali di kota metropolitan itu. Hari itu sudah menunjukkan waktu perpisahan antara uti dan keluarga nya, bagi uti semuanya terasa seperti mimpi berlalu begitu cepat sekarang ia akan jauh pergi tinggalkan kampung halaman nya, sekarang ia di tuntut menapakkan kaki sendiri di tanah rantau itu, beban ransel yang di jinjingnya pun ikut lusuh memelas wajah berlinang peluh hatinya melayang lesu seolah tak tau arah.

Bus jemputan uti pun sudah sampai, waktunya ia berpamitan dengan para pelipur hatinya hanya satu pesan papa nya "Naak jaga diri baik-baik disana yaa nak, hanya satu pinta papa, papa ngak nuntut uti untuk jadi orang kaya papa juga gak nuntut uti harus dapat IPK 4.0 hanya satu pinta papa nak jangan pernah lupakan Allah yaa nak, jagalah allah di hatimu insyaa allah Allah akan menjagamu di setiap detikmu nak ujar papa nya sambil menatap mata putrinya yang sudah berlinang air mata, tanpa bisa berkata kata uti hanya bisa mengangguk-ngangguk kan Kepala seolah mengisyaratkan "iyaa paa"

Kemudian ia berpamitan dengan bidadari nya yaitu ibunya "Naak jaga kesehatan disana yaa nak, jangan pernah tinggalkan sholat yah naak, kalo kakak sakit segera hubungi papa atau ibu yah nak" Ujar ibu sambil memeluk putri kecilnya itu, sama seperti tadi uti hanya bisa mengangguk ngangguk kan kepalanya dengan ekspresi sedihnya, tak lama kemudian sahabat tercinta uti yaitu adiknya sendiri langsung berlari kearahnya dan menarik jilbab uti seakan ingin bercanda lagi dengan kakak nya "halah katanya kuat kok mau merantau aja nangis" Ejek fahri dengan maksud untuk menghibur kakak nya, Mendengar itu uti langsung mengusap air matanya dan mencoba merubah ekspresi nya "Siapa yang nangis kakak kan kuat" Ujar uti kembali dengan maksud membalas ejekan adiknya tadi, ibu dan papa nya pun tersenyum sambil tertawa kecil melihat kelakuan kakak beradik ini "Assalamu'alaikum uti pigi yaa buu paa" Ujar uti sambil membuka pintu bus itu "Wa'alaikumussalam iyaa naak fii amanillah" Ujar ibu dan papa nya sambil mendadahkan tangannya ke arah putri kecil mereka itu.

Kini hari-hari uti kembali seperti semula layaknya anak kos, sedih pedih perih menyatu di qalbu nya, sebenarnya merantau bukanlah pilihannya tapi ini ia lakukan demi sekantong harapan keluarga nya, "Aku memang sangat merindukan tanah kelahiranku, namun setumpuk kerinduan ini akan berubah menjadi sebuah kesuksesan yang nantinya akan aku bawa pulang ke tanah kelahiranku" Ujar nya dalam  hati.

 Ia juga berpegangan pada pepatah ulama imam syafi'i yang pernah berkata “Merantaulah! Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup di negeri asing (di negeri orang)" begitulah nasihat Imam Asy-Syafii Anak rantau akan banyak mendapat ilmu diluar sana, ia juga akan berbagi ilmu. Pengalaman anak rantau akan lebih baik dibanding jika dia tidak merantau. Banyak pelajaran hidup yang bisa menjadi bekal untuk masa depanya.

 

Penulis            : Khatimatul Husna Tanjung – Matematika  2021 – Pemenang Lomba Cerpen MGC

Editor              : Zahra Zaina Rusty – Ilmu Komunikasi 2022 – Divisi Komunikasi dan Informasi


 

 

 


 

 


 


Cerpen : Ku Kibarkan Sang Merah Putih Oleh Letareana Agusti Nababan

 KU KIBARKAN SANG MERAH PUTIH


“Kring…kring…kring….”

Bunyi alarmku yang berada tepat diatas meja dekat dengan kepalaku membuatku membuka kedua kelopak mataku dan sejenak memandang langit-langit atap indah yang ku hiasi dengan lampu hias. Aku Tarik nafas untuk mengumpulkan nyawa yang masih beberapa. Lalu aku lihat jam menunjukan tepat pukul 05.30 WIB.

Aku pun bangun dan berjalan keluar kamar. Aku lihat kalender tepat hari ini tanggal 25 juli 2022. Hari ini adalah hari dimana sekolahku menyelenggarakan seleksi untuk menjadi anggota paskibra tingkat provinsi yang selama ini sangat aku idam-idamkan dan sangat ku tunggu-tunggu. Dengan cepat aku langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, namun ketika aku baru saja selesai pakai seragam, tiba-tiba saja kakek memanggilku.

"Ara..ayo kesini sebentar," ya itulah namaku Ara. Lebih tepatnya Mutiara Sri Maharani. Mungkin dari namaku bisa dilihat bagaimana latar belakang keluargaku.

 "Iya kek sebentar..ada apa kek?" Jawabku.

 "Hari ini hari seleksi paskibra perwakilan sekolah tingkat provinsi,bukan?" tanya kakek.

"Iya kek, aku udah gak sabar banget untuk seleksinya nanti. Aku udah persiapin semuanya dan aku yakin aku pasti bisa" jawabku dengan penuh semangat 45.

“Bagus..itu baru cucu kakek. Kakek jadi teringat sama eyang kamu yang dulu terlibat jadi salah satu pejuang kemerdekaan kita. Meskipun namanya tidak terlalu dikenal tetapi perjuangan eyangmu juga sangat kuat untuk indonesia ini. Kakek ingat sekali dulu waktu kakek mau ke sekolah, eyang mu selalu berpesan untuk rajin sekolah dan menjadi orang yang cinta akan negeri. Maka dari itu, kakek mengambil sekolah TNI agar kakek bisa mengabdi untuk negara ini. Eh.. sekarang malah nurun ke cucu kakek yang punya jiwa nasionalisme, bangga kakek” sahut kakek.

"Hehehe iya dong, cucu siapa dulu" ucapku dengan rasa bangga. 

"Yasudah kamu tunggu apalagi, ayo sana pergi, jangan lupa minta izin dulu ke ibumu ya," suruh kakek.

"Ehm.. aku takut kek.." ujarku sambil menggigit jari jempolku.

"Tidak apa-apa, coba bicara pada ibumu. Yaudah ayo kakek temeni bicara ke ibumu,” jawab kakek.

"Kakek memang kakek terbaik sedunia hehehe..ayo kek,"  jawabku sambil merangkul kakek yang sudah mulai sulit berjalan.

Belum saja tiba di depan pintu kamar ibu, jantungku sudah berdegup kencang seperti sedang ditembak crush. Tok..tok..tok.. aku dan kakek langsung masuk, namun posisiku berada di belakang kakek

" Fatimah, ini anakmu mau pergi ke sekolah tapi takut minta izin nih.."

"Loh kenapa takut nak, kan tiap hari juga kamu langsung samperin ibu untuk pamit"

"Iya itu hari biasa, tapi hari ini hari luar biasa bagi Ara" ucap kakekku dengan lembut.

"Loh memangnya hari ini hari apa?" tanya ibuku yang kebingungan sambil merapikan meja kerjanya. Ya, saat ini ibuku adalah tulang punggung keluarga yang kuat menggantikan posisi ayahku yang sudah lama meninggal.

"Ehmm... hari ini hari seleksi paskibra di sekolahku bu, dan ini perwakilan dari sekolahku untuk jadi paskibra tingkat provinsi bu" jawabku dengan penuh ketakutan.

"Astaga Ara…sudah berapa kali ibu katakan, kamu fokus sekolah kamu aja, paskibra itu juga tidak ada manfaatnya buat sekolah kamu. Mending kamu fokus belajar untuk masuk sekolah kedinasan nanti, kan kamu udah kelas 12. Tidak ada waktu lagi untuk berleha-leha," ucap ibuku dengan tegas.

Aku tahu benar apa alasan ibu yang sebenarnya, yang tidak mendukungku mengikuti paskibra, yaitu agar aku tidak menjadi anak yang terlalu nasionalis dan menjadi abdi Negara seperti mendiang ayahku. Ya, ayahku adalah jendral TNI angkatan laut yang sudah 7 tahun mengabdi untuk negara ini, namun perjuangannya pupus ketika sedang berlayar diserang oleh musuh negara asing. Kejadian saat itulah benar-benar membuat ibuku trauma dan takut aku seperti ayahku nanti.

"T-tapi bu.." sahutku.

"Fatimah, biarkan saja dia mengikuti paskibra, itu memang kesenangan dan keinginan yang tumbuh dalam dirinya sendiri. Bapak sudah lihat jiwa nasionalisme dari keluarga kita yang dahulu dan bahkan dari suamimu juga turun ke dalam diri Ara. Apa salahnya jika dia ingin mengabdi pada negara ini? Dari paskibra dia diajarkan untuk menjadi orang yang kuat, mandiri, percaya diri dan masih banyak lagi manfaatnya. Ara juga orangnya baik dan pintar. Dia bisa mengatur waktunya antara sekolah dan ekstrakulikuler-nya, kamu lihat kan dia selalu bisa bertahan juara 1 umum meskipun mengikuti kegiatan lain. Kali ini Ara juga pasti bisa. Tidak perlu mengingat kejadian di masa lampau. Tidak semua jalan hidup dan takdir manusia itu sama,” ujar kakekku yang membuatku semakin sayang kepada kakekku.

"Baiklah ibu izinkan, asalkan kamu benar-benar bisa mempertahankan sekolahmu dengan baik dan bisa jaga diri. Ibu tidak mau kamu hanya terfokus dengan paskibramu itu dan mengabaikan sekolahmu," ucap Ibu dengan tegas kepada Ara.

"Baik ibu, Ara janji akan buat ibu dan kakek bangga sama Ara," jawabku dengan semangat dan penuh rasa bahagia sambil memeluk ibuku.

Kemudian aku pergi ke sekolah dengan bahagia. Meskipun aku masih terasa ada yang mengganjal dikarenakan tanggung jawab yang ku emban untuk bisa membanggakan ibu dan kakekku, terutama ibuku untuk menunjukan bahwa paskibra itu hal yang membanggakan.

Setiba di sekolah, aku tatap bendera merah putih yang sudah berada diatas tiang bendera, berkibar dengan tegas seakan memberi semangat kepada diriku. Baru beberapa saat aku memandang sang merah putih, seseorang dari belakang langsung mengejutkanku.

"Hayo ara..lagi ngapain sih" kejutnya dari belakangku. 

"Astaga, ih raka jahil banget sih.." ucapku dengan penuh kesal.

Dia Raka Raja Dirwantara, temanku bahkan sudah seperti saudaraku karena kami sudah berteman sejak kecil. 

"Kamu kok lihat-lihat ke atas terus sih, nanti kena kotoran burung baru tau hahahaha" ejeknya dengan puas.

"Ih apaan sih, ini aku lagi liatin bendera tau. Lihat deh indah banget dia berkibar dengan tegas begitu" sambil menunjuk bendera itu.

" Iya deh, si paling nasionalisme..hadeh punya temen kok tua banget ya"

" Ih tua gimana, kamu aja yang terlalu lebay" ucapku dengan rasa tambah kesal

"Yasudah deh aku mau ke kelas dulu mau simpan tas,terus ke lapangan mau siap-siap, bye.." ujarku sambil meninggalkan raka

"Oh iyaAra tua mau seleksi paskib ya, oke semangat ya Ara.." teriaknya sambil melambaikan tangan.

Tanpa memperdulikan raka yang mengejekku tua dikarenakan memang pembicaraan dan pemikiranku yang tidak jauh-jauh tentang negara, politik dan sejarah membuat raka memanggilku seperti itu.

Tiba di lapangan aku melihat sudah banyak siswa lain yang sudah berada disana, langsung saja aku melakukan pemanasan untuk menguatkan otot tangan, kaki dan daya tahan. Setelah 30 menit, kak Yoga yang menjadi orang yang akan menyeleksi kami datang dengan pakaian trainingnya yang lengkap, ditambah lagi bentuk tubuhnya yang tegap serta badannya yang tinggi membuatku sedikit gugup, namun aku berusaha menguatkan diri agar aku tetap bisa percaya diri dan semangat.

“Ayo semuanya baris.." ucapnya dengan tegas.

Kami langsung saja berbaris menbentuk barisan yang sangat rapi. Melihat sainganku yang lain yang dominan adalah para pria tidak membuat semangatku lengah. Aku tetap percaya bahwa aku bisa.

Seleksi paskibra pun dimulai.

Setelah beberapa jam dan semua peserta termasuk aku sudah diseleksi, tibalah saatnya pengumuman. Sebelum pengumuman aku sudah berdoa kepada Tuhan agar aku bisa lulus, sebab ini adalah impianku sejak aku duduk di bangku SMP.

"Baik, setelah melakukan beberapa tahap seleksi, kini saatnya pengumuman. Buat adik-adik yang namanya dipanggil silahkan ambil barisan disebelah kanan. Ok langsung saja, nama-nama yang lulus adalah raikal, dimas, raden, jaka, bambang, riky, frans....”

Jujur saja aku mulai takut dikarenakan sejauh ini namaku belum dipanggil dan dari tadi yang dipanggil adalah laki-laki.

"Mutiara.."

Bumm..seperti ada sesuatu yang menabrak jantungku, rasanya campur aduk tidak bisa berkata-kata aku langsung berlari ke barisan sebelah kanan dengan senang. Tentu saja aku bahagia karena ini adalah hal yang ku idam-idamkan..kapan lagi bisa menjadi perwakilan sekolah untuk menjadi paskibra tingkat provinsi.

Setelah pengumuman selesai, tiba-tiba kak yoga menghampiriku. Aku awalnya takut dan bingung mengapa kak yoga menghampiriku.

"Mutiara Sri Maharani, bukan?" tanyanya.

" Iya kak, aku mutiara. Ada apa ya kak?” sahutku.

"Begini, mengingat posisi pembawa baki untuk upacara nanti masih kosong dan saya melihat kemampuan kamu tadi yang sangat baik dan sepertinya sudah sangat berpengalaman serta semangat kamu saat mendengar pengunguman tadi membuat saya berpikir untuk membuat kamu menjadi pembawa baki saat upacara nanti. Bagaimana apakah kamu mau?" tanyanya.

Tarrr...hatiku rasanya meledak dikarenakan senangnya. Mataku melotot seperti melihat hantu, saat itu aku benar-benar tidak bisa bicara, rasanya mulutku seperti terkena lem yang sangat amat kuat menutup rapat mulutku

"Bagaimana mutiara?" tanya kak yoga yang memutuskan perasaanku yang terkejut.

“Ah..i-iya kak.. saya mau, mau banget bahkan hehehe" jawabku dengan semangat nan lucu.

“Oke baguslah, besok jangan lupa datang latihan ya..”

"Baik kak, Terimakasih banyak ya kak" jawabku sambil tersenyum lebar

Setelah kejadian itu, aku langsung bergegas pulang dan setibanya di rumah aku langsung mencari kakek dan langsung memeluknya.

"Kakek..aku lolos kek, aku juga dapat posisi jadi pembawa baki kek.." jawabku dengan kegirangan.

"Wah selamat cucu kakek, kakek juga udah yakin kalau kamu pasti lolos" puji kakek.

“Iya kek, aku juga seneng banget, aku ga nyangka banget bisa dapat posisi pembawa baki, padahal aku cuma berharap lolos jadi paskibra aja, eh ternyata Tuhan ngasih yang lebih kek.."

“Iya Ara, kakek juga udah tau kamu pasti bisa lebih dari yang kamu pikirkan, ingat tetap rendah hati ya cu, ini juga berkat doa ibumu juga, bahkan ayahmu juga bangga akan hal ini padamu ara" nasehat kakek padaku.

“Iya kek, aku percaya ini semua juga berkat doa kakek dan ibu, aku ga sabar banget buat ibu nanti bangga liat aku, oh iya ibu mana kek?”

Baru saja aku mencari ibu, langsung ibu datang dari dapur.

“Aduh..aduh..ada apa ini, kok sepertinya lagi bahagia banget" tanya Ibu.

“Ibu.." langsung aku memeluk ibuku dengan erat.

“Aku lulus paskibra bu..aku juga dapat posisi pembawa baki bu.." Ucapku dengan gembira tak karuan

“Wah selamat nak, tapi tetap ingat, sekolah nomor 1 ya" puji Ibu.

“Siap bu" 

Meskipun ibu langsung membicarakan sekolah yang sepertinya ibu tidak terlalu senang dengan kabar ini membuatku sedikit kecewa, namun aku bertekad aku akan menunjukkan yang terbaik kepada ibu. Aku mau membuktikan bahwa aku bisa banggain ibu dengan menjadi bagian paskibra.

Hari-hari pun berlalu, aku melakukan aktivitasku dengan semangat terutama mengikuti latihan paskibra setiap minggunya. Tak lupa juga aku belajar untuk persiapan masuk sekolah kedinasan yang ibu juga aku idamkan. 

"Kring....kring...kring..."

Suara alarm yang kuat yang ku letakkan disamping telingaku. Kali ini aku tanpa berdiam diri,langsung aku bangun dan melihat jam menunjukan pukul 04.00 wib. Jangan heran mengapa aku mengatur alarm jam 4 pagi, tentu saja karena aku sudah sangat bersemangat untuk menjalani hari ini. Tepat 17 Agustus 2022 hari yang sudah aku nantikan, hari kemerdekaan indonesia ke 77 yang akan menjadi hari bersejarah bagiku karena bisa tampil menjadi paskibra posisi pembawa baki yang akan disaksikan Bapak Gubernur dan para pejabat tinggi lainnya. Langsung saja aku bergegas dan menyiapkan diri sebaik mungkin untuk upacara bendera nanti. Tak lupa juga kakek menyemangatiku untuk tetap percaya diri dan semnagat saat upacara nanti. Ibu yang juga ikut membantu meriasku agar tampil cantik saat upacara nanti.

Pukul 07.00 WIB, aku sudah tiba di lapangan upacara dan bersiap-siap untuk upacara yang sebentar lagi akan dimulai. Ku lihat bapak gubernur serta pejabat lain  juga sudah tiba di tempat upacara. Dari kejauhan mataku sibuk mencari-cari ibuku dan kakek ku  yang berada di seberang lapangan, ku lihat mereka berdiri disana dengan senyum lebar meski diterpa sinar matahari.

Ketika upacara dimulai pukul 07.30, aku memfokuskan diri untuk terarah pada proses upacara saat itu. Tak ku pikirkan dan tak ku hiraukan hal lain, saat itu mataku hanya tertuju pada tiang bendera yang sangat gagah itu.

Kini tiba saatnya pengibaran bendera merah putih. Aku yang sudah sangat bersemangat dengan percaya diri melangkahkan kaki dan berjalan dengan aba-aba yang ada. Saat aku berjalan membawa baki kosong menuju pak gubernur yang dimana sebagai pembina upacara pada saat itu sudah memegang sang merah putih yang masih terlipat sangat rapi yang membuatku benar-benar merasa bangga dan senang bisa berdiri tepat dihadapan Bapak Gubernur. Sungguh perasaan saat itu benar-benar hal yang membanggakan. Setelah itu, aku berjalan membawa bendera ke depan tiang bendera.

Aku dan kedua temanku lainnya mengikat bendera merah putih dengan tali dengan baik dan teliti. Setelah itu, mulailah sedikit demi sedikit Sang Merah Putih naik pada tiang bendera, dengan rasa hormat ku pandang bendera itu. Aku ingat bagaimana perjuanganku untuk sampai di titik ini. Terlintas juga dibenakku bagaimana para pahlawan yang berjuang untuk mengibarkan bendera merah putih di ujung tiang tertinggi. Teringat juga bagaimana dulu ayahku yang berjuang untuk melindungi negara ini, bahkan rela mengorbankan hidupnya membuatku percaya bahwa ayahku diatas sana juga melihat hal ini dan pasti bangga kepadaku. Tanpa ku sadari tetesan air mata mulai jatuh yang membuatku merasa terharu dan bangga bisa mengibarkan bendera dihadapan banyak para pejabat dan petinggi negara ini. Sungguh kejadian saat itu tak akan ku lupakan dalam hidupku. Ku lihat ibuku yang juga terlihat sangat bangga padaku sambil mengusap mata yang menandakan ibuku juga ikut menangis. Aku senang ternyata aku bisa membanggakan ibuku. Aku senang karena aku berhasil menunjukkan bahwa pasukan paskibra adalah hal yang membanggakan.

Jayalah Indonesiaku.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-77 tahun.

Penulis : Letareana Agusti Nababan – Biologi 2021

Kategori

Subscribe Us On youtube

Follow Us On fan Fage Facebook

Kategori

Follow Us On Instagram

View this post on Instagram

[Pedoman KIP Kuliah 2020] -----------------------* INFO PENTING * -------------------------- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan pendaftaran Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah sudah dibuka pada 2 Maret hingga 31 Oktober 2020. Catat dan ingat tanggalnya. Bagi kamu lulusan SMA/SMK/MA/sederajat baik tahun 2020,2019 ataupun 2018, > Baca langsung pedoman KIP KULIAH dibawah ini, sebagai landasan dalam pendaftaran KIP KULIAH tahun 2020 : https://kip-kuliah.kemdikbud.go.id/panduan > segera daftarkan dirimu pada laman berikut : https://kip-kuliah.kemdikbud.go.id/ Sumber: kip-kuliah.kemdikbud.go.id . . . @gamadiksiusu @Permadanidiksinasional @Kemdikbud.ri -------------------- -------------------- Akun Resmi UKM Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Universitas Sumatera Utara Periode 2020-2021 Dikelola oleh Divisi Komunikasi dan Informasi GAMADIKSI USU -------------------- UKM GAMADIKSI USU 2020-2021 Ketua Umum : Martinus Putra Antara Sipangkar Sekretaris Umum : Putri Aqila -------------------- Facebook : GAMADIKSI USU Instagram : @gamadiksiusu Email : gamadiksiusu2019@gmail.com Youtube : gamadiksi USU Narahubung Martin : 082276713576 (WA) Waska : 082167570787 (WA) -------------------- #kominfo #gamadiksiusu #bersamabisaluarbiasa #pengurusbarugamadiksiusu #bidikmisi#kipkuliah #alumnibidikmisi#kip #MerdekaBelajar #SNMPTN2020 #KIPKULIAH #Perguruantinggi #SahabatKIP #KIPKULIAH #InfoKIP #CalonMahasiswa #Sma #Smk #Ma #Bidikmisi

A post shared by GAMADIKSI USU (@gamadiksiusu) on